EnaM, Tidak KurAng daN LebIH

Enam, tidak Kurang dan Lebih
Hembusan angin menyentuh lembut tubuh setengah telanjang di tengah-tengah sawah yang sudah gundul. Hari panen telah berlalu. Ia duduk dengan secarik kertas dan pencil menggoreskan kertas membuat bentuk. Padahal mata sudah berubah sembab, hidung bertabur debu, dan mulut komat-kamit tanpa beruara. Ia terus menggoreskan pensil. Sang Sketsa.

"Hey, kamu!!" suara teriakan tidak jauh dari ia. "Woi, Tuli!! Semprot!! lihat kambing mamang tidak?"
Ia tidak menghiraukan suara teriakan itu. Dengan cekatan jemari menggoreskan kertas membentuk sebuah gambar. Tuiiiing... plluk..
"Adauuw.." Ember tepat menutupi kepala ia. Rupanya orang tua itu kesal. Tergesa-gesa mendekati Ia. Muka sangar tapi tua, menatap tajam Ia.
"Kamu tidak dengar ya, apa kata mamang. Tuh lihat kambing mamang cuma ada 5 dari 6 kambing mamang. Satu laginya ke mana?" tanya orang tua itu geram.
"Dasar, orang gila tua?!"gerutu ia usap-usap kepala menahan rasa sakit.
"Tadi ngomong apa?" orang tua itu tambah kesal, Ia cengar-cengir.
"Udah. Kamu cari yang satu laginya!"
"Enak saja, salah saya apa Mang? dari tadi saya cuma duduk. Plus tuh kambing bukan punya saya, kenapa saya disuruh cari."
"Semprot ganteng?! Bantah Mamang ya?"
"Tidak." jawab ia sambil manyun.
"Ya, sudah cari!" suara menggelegar orang tua menggemparkan telinga Ia.
Rasa ragu tapi bukan takut, Ia melepaskan pandangan mengitari pesawahan menatap kambing satu persatu. Sesaat Ia terdiam. Suara gumam pun keluar dari bibir sumbing. Sementara orang tua yang semula marah-marah mengikuti arah mata Ia, turut lihat-lihat kambing.
"Mang, betul kambing mamang ada 6?" tanya Ia seperti orang kebingungan.
"Iya. Betul, tidak kurang dan lebih."
"Nah loh, kambing mamang sudah pas. Alias enam tidak kurang dan lebih." telunjuk Ia menunjuk ke arah kambing-kambing yang asik bermain dengan mainannya. Tumpukan jerami. Orang tua termangu melihat kambing-kambing. Diam mangguk-mangguk. Sepertinya sedang berfikir sambil menghitung dari jarak jauh satu persatu kambingnya.
"Kurang!! Semprot!! Kamu jangan membohongi mamang ya. Mamang juga lihat-lihat kambing ikut hitung." teriak orang tua itu.
"Ah, uh, ih, gimana sih mamang ini? Orang sudah pas. Kalau gak percaya. Yuk hitung bareng!" ajak Ia.
"Oke!"
Mereka pun bergerak mendekati kambing satu per satu di sertai mulut bersuara hitung.
"Satu... dua... tiga.. empat..lima.. enn..." suara orang tua itu terhenti. Garuk-garuk kepala menahan malu, orang tua itu membentukan bibir berbentuk huruf u.
"He..he.. Maap yah, Pram. Mamang kira hilang tuh anak kambing. Tidak tahunya lagi nenen. Pantas saja tidak terlihat. Hehe..hehe.. Maap yah."
"Hmm... Dasar Mamang edan." gerutu Ia, geleng-geleng kepala.
bersambung....................

Ditulis Oleh: KanG piE

Info yang kamu baca adalah EnaM, Tidak KurAng daN LebIH dengan harapan bermanfaat untuk kamu. Silahkan kamu copas dan menyebarluaskan seluruh isi artikel ini dengan catatan menyebutkan sebagai asal sumber Info ini.

Sahabat KLIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...