PerbUKitaN di baLIk KamPUNg

PerbUKitaN di baLIk KamPUNg
Cerita sambungan dariKlik di sini
Ia hanya geleng-geleng kepala. Memaklumi keadaan si orang tua yang ternyata adalah pamannya sendiri, Dia bernama Mang biru. Mang Biru adalah seorang pengembala kambing. Di samping enam kambing yang dimilikinya. Juga tidak jarang banyak para tetangga menitipkan kambing-kambingnya ke dia.

Ups.. Melihat keadaan Mang biru membuat hati Pram terenyuh. Pram menarik nafas dalam-dalam. Pandangannya dia alihkan pada hamparan biru cerah dengan sedikit lukisan berwarna orange penghias langit di ufuk timur. Takjub dengan hasil karya Sang Maha Karya. ufh... kali ini Pram mendesah. Seolah ada setumpuk persoalan yang harus ia selesaikan. Dan sulit untuk di selesaikan.

Terik mentari mulai membakar tubuh setengah telanjang Pram. Ia masih berdiri terpaku di tengah pesawahan gundul. Kumpulan burung gereja meliuk-liuk disertai alunan cit.. cit.. turut meramaikan suasana siang di hari sepi.

Sekarang Ia duduk merebahkan pantat di tumpukan jerami kering. Melanjutkan hobbynya membuat goresan berbentuk rupa muka manusia. Apa yang terbayang dalam memori otak ia luncurkan dalamgoresan secarik kertas. Yah.. sebuah kreasi sehari-hari semenjak dia masih berusia dini. Usia 6 tahun.

Di tempat lain tidak jauh dari Pram, Mang Biru sibuk dengan kambingnya. Seseorang berlari tergesa-gesa mendekati mang Biru.
"Ha..hu.. ha..hu.. Mang. Anu. Ng.. uh, susah banget nih ngomong."
Mang Biru terperangah heran dengan bibir membentuk huruf o melihat dia megap-megap.
"Mang. Ada.. Anu.. Ada.."
"Ada Mbee.." potong mang Biru. "Tuh kambing manggil kamu! Dasar gundul pacul lagi megap-megap! Kalo ngomong yang jelas Dul. Tenangkan dulu napas kamu. Tarik napas pelan-pelan, trus turunnya pun pelan-pelan juga. udah itu kamu Baru ngomong."
Dia yang dipanggil Dul mangguk-mangguk pelan sambil menenangkan nafasnya. Mengikuti petunjuk yang dikatakan Mang Biru.
"Nah, sekarang mulai ngomong. Sok, ada apa?" kata Mang Biru sambil menepuk-nepuk bahunya.
"Barusan, anu.. ng.. habis..anu.."
"Huaaa.. gundul pacul! Ngomong yang jelas! Kalo gak nih tahi kambing.." Sentak Mang Biru kesal. Dul hanya cengar-cengir melihat kekesalannya.
"Maaf..Maaf.. Barusan saya habis dari rumah pak RW. Katanya, kampung kita ini besok lusa kedatangan tamu penting dari Jakarta. Jadi pak RW menyuruh warganya gotong royong bikin podium yang megah di lapangan voli depan rumahnya."
"Ooo.. Trus, kenapa kamu datang ke sini pakai lari-lari segala?"
"Cuma ngasih tahu gitu doang."
"Huaa.. Kirain ada cerita heboh. Gak tahunya info basi. Sudah tahu gundul! Dan saya kedapatan tugas menyediakan bambu buat bikin umbul-umbul. Kalo kamu?"
"Tugas saya.." Dul diam sejenak. Garuk-garuk kepala mencari jawaban tepat. "Oh iya tugas saya, ya ngasih info ini ke kamu hehe.."
"Haha..hehe.. tidak lucu gundul."
"Eit.. biarin. Oh iya, sudah ngambil bambunya belum?"
Mang Biru hanya menggelengkan kepala.
"Ya udah, yuk sekarang ngambilnya." Dul menarik paksa lengannya. "Udah.. biarin aja kambing-kambing itu. Tidak bakal hilang kok.. yuk!"

Dengan sangat terpaksa Mang Biru menuruti kemauan Dul. Mereka melangkahkan kaki menuju perbukitan di balik kampung. Tempat yang tidak jauh. Dan kabarnya tempat yang angker.Sepasang sahabat semenjak dari kecil. Ada kisah yang unik tentang persahabatan mereka yang kian sulit dipisahkan. Persahabatan hakiki yang jarang ada. Persahabatan saling membagi baik keadaan senang atau pun susah.

---oo0oo---

Malam di perkampungan Pram. Suara jangkrik dan katak bersahutan menyambut malam yang semakin larut. Lukisan malam bertabur bintang dengan sinar kecil menyentuh mata Pram yang tertunduk lesu di teras rumah. Tiba-tiba hilir mudik hiruk pikuk orang-orang berduyun-duyun berlari kecil melintasi teras Pram.

"Hei.. Pram, Gak turut nengok paman kamu?" seru seseorang menghentikan langkah.
"Paman?!" Pram heran."Ada apa dengan Mam Biru?"
"Gue juga lom tau nih. Tapi denger-denger katanya paman elo kena musibah."
"Musibah?" Bu Endah ibunda Pram terperangah kaget. Buru-buru Pram memapah ibunda yang baru keluar membawa secangkir kopi. "Siapa yang kena musibah Jan?"
"Anu bu..ng.." orang yang dipanggil Jan terdiam. Ragu menjawab pertanyaan Bu Endah. "Nak Jan, jawab saja. Tidak apa-apa."
Jan masih diam. Matanya mengalihkan pandangan ke arah Pram. Pram menganggukkan kepala.
"Mang Biru kena musibah bu."

Bersambung ke....... klik di sini

Ditulis Oleh: KanG piE

Info yang kamu baca adalah PerbUKitaN di baLIk KamPUNg dengan harapan bermanfaat untuk kamu. Silahkan kamu copas dan menyebarluaskan seluruh isi artikel ini dengan catatan menyebutkan sebagai asal sumber Info ini.

Sahabat KLIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...