Dan buat kamu yang mau mendengarkan ceramah AA Gym dalam bentuk mp3. Ada nih daftar ceramah AA Gym yang bisa kamu download via 4shared.com klik di sini
Secara bathin kita berusaha dan melatih diri mengendalikan fakultas bathiniyah seperti pikiran dan imajinasi kita. Puasa jenis inilah yang dapat melatih kita untuk menghindari segala sesuatu pikiran yang bersifat "duniawi" serta mampu memalingkan hati dan pikiran kita dari segala sesuatu selain Allah Swt.
Suatu hari Rasulullah Saw. mendengar seorang perempuan memaki-maki budaknya, padahal perempuan itu sedang berpuasa. Nabi mengambil makanan dan berkata kepadanya: "Makanlah!" Perempuan itu berkata, "Saya sedang berpuasa, ya Rasulullah." Rasulullah saw. melanjutkan perkataannya, "Bagaimana mungkin engkau berpuasa, sementara engkau memaki budakmu. Puasa bukan hanya menahan makan dan minum saja. Allah Swt. telah menjadikan puasa sebagai penghalang dari perbuatan dan perkataan tercela yang merusak puasa. Alangkah sedikitnya orang berpuasa, dan alangkah banyaknya orang yang hanya mendapat lapar."
Ucapan terakhir Rasulullah saw. sesungguhnya ingin menyadarkan wanita tadi tentang hakikat puasa yang sebenarnya. Rasulullah saw. juga menyimpulkan perbedaan antara puasa dan melaparkan diri.
Alquran menyebut kata "puasa" dan kata turunannya sebanyak 13 kali. Sementara kata shaum hanya disebut satu kali. Artinya pun sangat berbeda dengan kata shiyam, yang bermakna seperti lazimnya puasa yang kita maksudkan.
Puasa (shiyam) diartikan sebagai upaya menahan makan, minum, dan hubungan suami-istri (jima'), sejak terbit fajar hingga tenggelam matahari. Inilah definisi yang kita terima dari ulama-ulama fikih. Karenanya, puasa seperti ini kita kenal sebagai puasa syar'iat. Di kalangan ulama-ulama ruhani, pengertian shiyam lebih bermakna sebagai puasa syari'at, sedangkan kata shaum lebih mencerminkan sebagai puasa tarekat.
Dengan menahan lapar dan dahaga sejak terbit fajar hingga tenggelam matahari kita tampaknya berpegang teguh pada ketentuan puasa (syari'at). Tetapi kalau kita tidak menahan diri dari memfitnah, mengumpat, dan memaki, menurut kata Rasulullah saw., kita tidak termasuk orang yang berpuasa, tetapi kita termasuk golongan al-jawwa (orang-orang yang lapar saja). Menurut ukuran fikih, puasa yang demikian ini sah, dan kewajiban puasa seseorangpun telah tertunaikan. Namun, puasa jenis ini tidak memadai jika diukur dengan parameter sunnah Rasulullah Saw. sebagaimana riwayat di atas. Oleh karena itu, agar tujuan puasa dalam membentuk manusia yang bertakwa tercapai, kaum arif ('urafa) membagi puasa dalam beberapa tingkatan.
Tingkatan Puasa
Kaum arif membagi puasa dalam tiga kategori: puasa perut, puasa lisan dan puasa hati. Puasa perut adalah puasa kaum awwam dalam terminologi Imam Al-Ghazali. Puasa jenis ini hanya sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri. Padahal dalam khutbah menjelang Ramadan Nabi saw. dengan jelas menerangkan, "Peliharalah lidahmu, tundukkan pandanganmu dari sesuatu yang matamu tidak halal melihatnya, dan palingkan pendengaranmu dari segala yang haram untuk didengar telingamu " (Madinah al-Balaghah 1:358). Oleh karena itu puasa perut sama sekali tidak bernilai dimata Allah Swt. dan tidak menghasilkan apa-apa, selain lapar dan dahaga.
Tingkatan puasa yang lebih tinggi dari puasa perut adalah puasa lisan. Imam Al-Ghazali menyebut puasa ini sebagai puasa lil khawwash (khusush). Ali bin Abi Thalib kw. berkata , "Puasa lisan lebih baik daripada puasa perut."
Dalam sebuah hadits disebutkan, "Jika engkau berpuasa, maka kendalikanlah pendengaran dan penglihatanmu dari segala sesuatu yang diharamkan. Tahanlah seluruh anggota tubuhmu dari segala keburukan. Tinggalkan perilaku yang dapat melukai perasaan pelayanmu, dan bila mampu diamlah dari segala pembicaraan, kecuali untuk mengingat Allah (dzikrullah). Jangan jadikan hari-hari puasamu seperti hari-hari berbukamu!" (Mizan al-Hikmah, 5:472)
Untuk menjalankan puasa ini selain niat dan tekad yang kuat, diperlukan juga juga pertolongan Allah Swt. Seorang ahli ma'rifat senantiasa memanjatkan doa agar Allah berkenan menyertainya dalam menjalankan puasa yang satu ini, "Ya, Allah, ilhamkan kepada kami untuk mengenal karunia Ramadan, mengagungkan kesuciannya dan menjaga apa yang dilarangnya. Bantulah kami menjalankan puasanya, dengan menahan anggota badan dari maksiat kepada-Mu dan menggunakannya untuk keridhaan-Mu, agar telinga kami tidak terarah kepada kesia- siaan, dan mata kami tidak tertuju kepada kealpaan, tangan kami tidak terulur pada larangan, dan kaki kami tidak melangkah pada keburukan, agar perut kami tidak terisi kecuali yang Kau halalkan, dan lidah kami tidak berbicara kecuali yang Kau contohkan."
Tingkatan terakhir adalah puasa hati, Imam al-Ghazali menyebutnya sebagai puasa khusush al-khusush. "Puasa hati dari segala pikiran yang menyebabkan terjatuh pada dosa jauh lebih baik daripada puasa lisan. Sedangkan puasa lisan lebih baik daripada puasa perut" (Mizan al-Hikmah, 5:471). Inilah gabungan puasa jenis pertama dan puasa jenis kedua ditambah dengan "puasa dari segala kecenderungan yang rendah dan pikiran yang bersifat duniawi, serta memalingkan diri dari segala sesuatu selain Allah" (Ihya Ulumiddin 1:277).
Dalam puasa ini, kita melangkah lebih jauh dari sekadar mengendalikan indera lahiriah, seperti lidah untuk tidak berbicara kecuali yang haq, tidak mendengarkan kecuali kebenaran, tidak melihat kecuali kebaikan. Dengan puasa ini kita kendalikan pembicaraan, pendengaran, dan penglihatan kita dari hal-hal yang menjauhkan diri kita dari Allah. Jadi, secara bathin kita berusaha dan melatih diri mengendalikan fakultas bathiniyah seperti pikiran dan imajinasi kita. Puasa jenis terakhir inilah yang dapat melatih kita untuk menghindari segala sesuatu pikiran yang bersifat "duniawi" serta mampu memalingkan hati dan pikiran kita dari segala sesuatu selain Allah Swt. Puasa jenis ini pulalah yang dapat mengantarkan diri kita memiliki kematangan jiwa dan kedewasaan spiritual.
sumber
Ditulis Oleh: KanG piE
Info yang kamu baca adalah Puasa Hati Takaran Kesuksesan Ramadan dengan harapan bermanfaat untuk kamu. Silahkan kamu copas dan menyebarluaskan seluruh isi artikel ini dengan catatan menyebutkan
sebagai asal sumber Info ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar