Misteri Perempuan Di Gubuk Pematang Sawah

"Beng, supaya tidak jenuh. Gimana kalo kita main tebak-tebakan?" usul Kang Goler di sela-sela menunggu pancing.

"Boleh. Saya dulu yang nanya ya?"

"Ya, silahkan."

"Bagaimana caranya buat mengetahui mana bagian kepala dan ekor dari cacing?"

Goler terdiam beberapa saat mendengar pertanyaan yang tidak diduganya. Tangan kirinya dia menunjuk ke arah dahi dan kedua bola matanya diputar 360 derajat berlawanan arah, "Apa ya? ng.. nyerah deh."

"Dikelitikin saja, nanti dilihat bagian mana yang cengar-cengir, itulah wajahnya. Weee."

"Ha..??!! Huaahahaha. bisa saja kamu."

Mereka tertawa lepas. Kali yang tenang. Hari masih siang. Gumpalan awan hitam lambat laun menutupi langit. Mereka tidak menghiraukan keadaan. Terlihat santai. Tidak ada rasa susah meniti hari. Sibuk mencari ikan sebagai penopang kebutuhan hidup sehari-hari.

"Sekarang giliran saya yang nanya ya." lanjut Kang Goler.

Ia berfikir sejenak mencari ide tebakan. Sesaat matanya dipejamkan.

"Huu..?! Bikin tebak-tebakan saja pakai mikir juga." protes Si Beng tidak sabar.

"Ya sudah, Nih tebakannya. Bagaimana cara Babi lewat di depan buaya yang banyak?Sedangkan jalan itu adalah jalan satu-satunya?"

"Ng??!! Minta izin ke paaya suaminya buaya dulu."

"Haahaa.. Salah."

"Ngasih tahu ke buaya kalau babi itu temannya Aya anaknya buaya."

"Haahhaa.. bisa saja tapi bukan itu jawabannya."

"Nyeraaah !!" teriak Si Beng spontan.

"Jawabannya langsung lewat saja! Soalnya buayanya sudah tahu aturan agama Islam. Haram kalau dimakan!! Yee.."

"Haa???!!! Kok bisa?! Sejak kapan buaya tahu aturan Islam?!"

"Sejak Buaya kawin sama pa ustadz bapanya Aya, weeeee... hihihii.."

"Sialan.. Sekarang saya." kata Si Beng tidak mau kalah.

"Mmm.. Kenapa laki-laki senang berpikir dan perempuan senang ngomong?"

"Waduh.. ini susah sekali?! Nyerah Saja deh."

"Karena laki-laki punya 2 kepala, perempuan punya 2 mulut. we.."

"Haa.. dua kepala??!! dua mulut?!"

Kang Goler terdiam. Ia berfikir keras mencari maksud dari jawabannya. Dua kepala dan dua mulut. Tidak lama kemudian raut mukanya berubah warna. Sumringah mengetahui maksudnya.

"Haahaahaa... Jawabanya geres yaa?"

"Tau aja. hihihi.."

"Sekarang saya neh. Apa persamaannya gajah sama beruang?"

"Sama-sama tidak kuat kalau diangkat sendirian."

"Haa?! Pernah nyoba gitu?"

"Gak bakalan."

"Syukur dah. Salah."

"Sama sama bukan punya saya."

"Bukan itu."

"Sama-sama tidak bisa mancing."

"Salaaah.."

"Ng.. Apa lagi ya?! Oo.. Sama-sama besar."

"Bukaaan..!! Nyerah ya?"

"Ya udah nyerah saja. Apa jawabannya?"

"Jawabannya sama-sama mukanya mirip kamu. Hihihi.."

"Sialaaaan..!!! Tidak lucuuuuu..!! Sekarang saya. Kenapa anak kelinci kalau berjalan suka melompat-lompat?"

"Ya emang sudah dari sananya gitu." jawab Kang Goler sekenanya.

"Salah. Jawabannya karena dia senang muka ibunya mirip istri Akang. Weeee.."

"Ush.. Sial kena balas dah."

Tiba-tiba air menetes dari langit hitam. Sedikit demi sedikit. Mereka mendongak memandang langit. Langit yang sudah tertutup gumpalan awan hitam. kilat merah membelah langit sesekali meramaikan hari.

Seolah diberi aba-aba, secepat kilat mereka berebut saling mendahului membereskan perlengkapan pancing. Untuk selanjutnya berhamburan lari menuju gubuk pematang sawah tidak jauh dari kali.

Tidak hanya mereka di gubuk itu. Sepuluh. Bukan, namun lebih dari sepuluh orang berteduh di gubuk pematang sawah. Kecil tapi cukup untuk menampung lebih dari sepuluh orang.

Kang Goler melihat-lihat sekeliling. Kulit kuning langsat dan tubuh tinggi semampai. Rambut poni dan panjang sebatas bahu. Hanya beberapa helai Berwarna merah di antara warna hitam. Kaos merah jambu dan celana levis yang ia kenakan terlihat cocok dan cantik untuk wanita muda itu.

"Ush.. Dasar mata keranjang! Akang nih." Bisik Si Beng menegur sambil matanya memandang wanita cantik yang ia lihat.

Kang Goler tidak menghiraukan. Terpesona dengan kecantikan wanita di antara kerumunan gubuk pematang sawah. Seolah kena hipnotis, matanya tak bergeming memandangi pesonanya.

"Saya laporin ke Nyi Yuli tahu rasa kamu." kembali Si Beng berbisik.

Kang goler terperangah. Tersadar setelah mendengar nama istrinya disebut. Berusaha sadar dari pesona yang menghipnotisnya. Ia pun mengalihkan pandangan pada Si Beng.

"Jangan ya."

Dengan mimik muka dibuat cengar-cengir memelas, Kang Goler merayu. Si Beng hanya Acuh.

"Ayolah. Kamukan sahabat saya. Satu-satunya lagi." Kembali Kang Goler merayu. Si Beng masih acuh.

"Ng.. Gitunya. Ya udah kalau dirayu tidak mempan. Nih tak kasih jurus jewer."

"Eiiit..?! Hehehe.. Iya tidak.."

Si Beng berkelit menghindar. Sedikit menjauh tapi tidak jauh. Mereka pun cengar-cengir. Tertawa lepas. Hujan masih deras Si Beng garuk-garuk kepala menahan kesal. Lain halnya dengan Kang Goler. Nyabutin bulu hidung. Adauuw.. adauuw...hihi.

Kembali matanya tertuju pada wanita itu. Ada yang aneh dengan apa yang ia lihat. Kini matanya menyusuri sekitar. Ada yang ia cari tapi tidak ada. Aneh.

" Tidak ada?! Ke mana perginya?!"

"Apanya yang tidak ada kang?" tanya Si Beng heran.

Tida ada jawaban. Ia tidak menghiraukan ucapan sahabatnya. Terus menyusuri sekeliling. Tapi yang dicari tidak ada.

"Kang.."

"Haa.." Kang Goler tersentak.

"Akang cari apa?"

"Anu, Wanita itu kok tidak ada? Padahal hujan deres sekali. Tidak mungkin kalau dia nekat pergi."

Si Beng mengangguk. Turut merasa aneh dengan hilangnya yang tiba-tiba. Akhirnya mereka memutuskan untuk menanyakan pada beberapa orang yang semula berteduh tepat di dekat wanita tadi. Namun, orang-orang itu tidak tahu dan dari tadi tidak merasa ada wanita cantik berdiri di dekatnya.

"Aneh?! Padahal aku melihat jelas dengan mata kepala sendiri. Tapi?! Kenapa orang-orang itu tidak merasa ada?!" Kata Kang Goler pelan.

"Betul kang. Saya juga melihat wanita itu jelas sekali. Atau, jangan-jangan apa yang kita lihat itu hantu?"

"Ush.. Tidak mungkin beng. Hari masih siang gini. Lagian yang namanya hantu atau setan tidak akan berani gangguin saya Beng."

"Tidak berani?! Kok bisa?"

"Tentu saja bisa. Buktinya tidak kelihatan hantunya. Itu artinya tidak berani alias takut sama saya kan. hihihi.."

"Mmm.. Dasaarr.. itu mah bukan takut kang. Tapi, sudah wujudnya hantu seperti itu. Tidak terlihat sama mata kepala telanjang."

Hujan sudah berhenti. Namun hari masih gelap. Gumpalan awan sudah berkurang dan mereka berarak meninggalkan langit pesawahan. Petanipun berhamburan penuh semangat melanjutkan kesibukannya. Mereka. Kang Goler dan Si Beng. Masih diselimuti rasa heran. Belum mau beranjak dari gubuk. Mata mereka masih saja mengawasi sekitar. Namun, yang di tuju tetap tidak ada.

Kemana wanita itu? Siapa wanita itu? penasaran? tunggu posting selanjutnya ya..

Oooaaap.. udah Nguuaaaanntuk akunya neh. Tidur dulu ya.

Ditulis Oleh: KanG piE

Info yang kamu baca adalah Misteri Perempuan Di Gubuk Pematang Sawah dengan harapan bermanfaat untuk kamu. Silahkan kamu copas dan menyebarluaskan seluruh isi artikel ini dengan catatan menyebutkan sebagai asal sumber Info ini.

Sahabat KLIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...