Suara Di Langit Biru

Pagi yang cerah di beranda rumah amat sangat sederhana sekali. Dinding terbuat dari anyaman bambu dan beratap genteng banyak bolong-bolong Kang Goler duduk lesu di balai bambu. Muka kusut, tubuh bau apek dan pakaian yang dikenakannya terlihat kucel memandang alam menghembuskan angin sepoi.

Berkali-kali ia garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Berkali-kali pula ia berteriak gilaaaaa...!! orang kaya udah pada gilaaa...!!. Berkali-kali pula ia dimaki tetangga yang kebetulan melewati beranda rumahnya.

"Waduh.. waduh.. pagi yang cerah gini bukannya disambut dengan semangat empat lima. Eee.. malah kayak kambing ngembeeek kehilangan kalung tali serabut." sapa Si Beng menghampirinya.

Kang Goler tidak menghiraukan ucapannya. Dipandanginya langit biru lekat-lekat.

"Ada apa Kang?"

Kang Goler menoleh sebentar. Ia menghela nafas, "Saya lagi bingung Beng."

"Oalaaa.. bingung. Baru kali ini temanku bingung, Sok Cerita ada apa nih?"

"Saya heran sama orang kaya.. yang di TV. Hartanya udah buanyak. Tapi kok masih korupsi. Mau dibawa kemana uang nya ya? Di bawa mati? gak bisa. Dimakan sendiri? Gak bakal abis? Trus koruptor vonisnya cuma 5 tahun penjara. Ini gimana peradilan negara kita ya? padahal kalo saya ingat sabda nabi kita, bahwa yang namanya maling tangannya harus dipotong. Tapi ini maling rakyat. Lebih jahat dari maling biasa.. eee.. 5 tahun.. belum ditambah potongan-potongan remisi bisa tinggal setahun doang. Trus ruang penjaranya mana kayak hotel berbintang sepuluh lagi. Apa tidak gila."

"Ya.. sabar saja Kang."

"Gak bisa sabar!" potong Kang Goler emosi. "Ini tidak boleh dibiarin. Ini harus dibenerin."

"Dibenerin gimana kang? Lha emang keadaannya sudah seperti itu. Kita sebagai rakyat biasa cuma bisa nonton, marah, dan pasrah doang."

"Nah ini contoh rakyat lemah yang tidak bisa berbuat untuk negaranya. Bisanya pasrah..pasrah..dan pasrah.."

"Truss.. Maunya gimana?"

Kang Goler diam terpaku. Matanya kedip-kedip. Tidak lama kemudian kedua bola matanya bergerak memutar berlawanan arah.

"Haaaaa.. saya punya ide bagus nih?" teriak Kang Goler memekak telinga. Si Beng tersentak, kontan tubuhnya jungkir balik dan berdiri membentuk kuda-kuda jurus ikan makan ayam. Jurus baru yang ia ciptakan ketika mancing di sungai becek sambil makan ayam.

"Gimana kalo kita buat tulisan di media blogspot? Bagus kan?"

"Mmm... emangnya Akang bisa tulis baca?" sindir Sibeng.

Kang Goler menggelengkan kepala

"Yaa... Gimana mau benerin buat negara. Benerin dewek saja beloooon bisa hrr.... Akang ini. Sudah, sekarang mah waktunya mancing. Trus kalo dapet, ikannya kita jual buat dapur. Kalo gak dapet, puasa... Okeh..."

Heheeheee.. Demikian Sekelumit percakapan di kampung seberang yang hanya bisa berteriak di langit biru. Koar kemarahan ketika melihat tontonan kekeruhan. Karena ilmu dan kemampuan yang terbatas, ia hanya bisa berkoar yang tidak akan sampai pada penyelesaian. Suara hati yang menuntut keadilan yang pupus di belantara biru langit.

Yap.. kesabaran dan mempercayakan sepenuhnya adalah jalan satu-satunya buat negara. Ok.. jangan lupa tinggalin komentar kamu ya..

Ditulis Oleh: KanG piE

Info yang kamu baca adalah Suara Di Langit Biru dengan harapan bermanfaat untuk kamu. Silahkan kamu copas dan menyebarluaskan seluruh isi artikel ini dengan catatan menyebutkan sebagai asal sumber Info ini.

Sahabat KLIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...